Click here to go to blog index
PERGOLAKAN PEMIKIRAN UMAT MANUSIA
2016-09-12 18:13:23Disamping kegiatan instingtif, manusia sebagai mahluk yang berfikir kemudian mendasarkan kegiatan-kegiatan dan tata-nilai dalam hidupnya pada kesimpulan dari hasil telaah dan perenungannya yang disebut filsafat. Telaah filsafat mencakup telaah tentang “ada”, keberadaan umat manusia dalam alam semesta ini. Telaah ini disebut telaah “ontologi” (ontis = ada,logos = telaah) yang kemudian melahirkan konsep-diri manusia. Konsep diri ini kemudian menentukan cara umat manusia mencari kebenaran, pencarian ini disebut “epistemologi” (episteme[1] = kebenaran ilmiah) yang kemudian menjadi landasan pijak metoda ilmiah . Konsep diri juga menentukan tata-nilai dari manusia tersebut yang digunakan untuk pedoman dalam hidup kesehariannya, perenungan tentang ini disebut “axiologi” (axia= nilai,value) yang menyangkut Etika, pengetahuan tentang benar dan salah, baik dan buruk, dan Estetika, pengetahuan tentang indah dan jelek.
[1] Lihat episteme dan doxa, Plato
PERGOLAKAN PEMIKIRAN UMAT MANUSIA oleh : Dr. Ir. A. Rudyanto Soesilo MSA
1. RANAH FILSAFAT
Disamping kegiatan instingtif, manusia sebagai mahluk yang berfikir kemudian mendasarkan kegiatan-kegiatan dan tata-nilai dalam hidupnya pada kesimpulan dari hasil telaah dan perenungannya yang disebut filsafat. Telaah filsafat mencakup telaah tentang “ada”, keberadaan umat manusia dalam alam semesta ini. Telaah ini disebut telaah “ontologi” (ontis = ada,logos = telaah) yang kemudian melahirkan konsep-diri manusia. Konsep diri ini kemudian menentukan cara umat manusia mencari kebenaran, pencarian ini disebut “epistemologi” (episteme[1] = kebenaran ilmiah) yang kemudian menjadi landasan pijak metoda ilmiah . Konsep diri juga menentukan tata-nilai dari manusia tersebut yang digunakan untuk pedoman dalam hidup kesehariannya, perenungan tentang ini disebut “axiologi” (axia= nilai,value) yang menyangkut Etika, pengetahuan tentang benar dan salah, baik dan buruk, dan Estetika, pengetahuan tentang indah dan jelek.
2. PERGOLAKAN PEMIKIRAN UMAT MANUSIA
Ontologi adalah perenungan dan telaah manusia atas keberadaan dirinya dalam alam semesta ini , perkembangan dan pergolakan pemikiran umat manusia atas keberadaannya dalam alam semesta ini penulis golongkan sbb :
- § Tahap Kosmos sentris
- § Tahap Teos sentris
- § Tahap Anthropos sentris
- § Tahap Logos sentris
a) Tahap Kosmos sentris
Awal peradaban manusia dimulai pada saat umat manusia menemukan cara mendomestikasi hewan dan tanaman, sehingga mereka tidak lagi nomaden melainkan dapat menetap disuatu daerah. Masyarakat agraris ini menyadari bahwa usaha mereka bercocok-tanam adalah mutlak tergantung kepada alam . Secara anthropomorfis[2] apabila sang Alam tidak berbaik hati menganugerahkan hujan atau panas ke bumi ini, maka tanaman tidak akan tumbuh. Kesadaran akan kemutlakan ketergantungan kepada alam inilah yang kemudian memicu pemahaman akan adanya external super-power Sang Maha-kuasa, yang menguasi dirinya dan alam semesta ini. Sebagai konsekwensinya muncullah penghayatan dan ritual penghormatan terhadap Sang Maha-kuasa . dalam perkembangannya lahirlah yang disebut “Animisme“ (anima=roh), yaitu pemujaan terhadap kehebatan fenomena-fenomena alam seperti petir, halilintar, hujan, badai, gunung, laut, pohon besar, batu besar, arwah nenek moyang dll. Ritual-ritual ini mempunyai tujuan agar sang Maha-kuasa berbaik hati memberikan hujan dan panas agar tanaman dapat hidup, manusia dapat memetik hasilnya dan kehidupan berlangsung. Ritual-ritual dan segenap enerji umat manusia saat itu ini berpusat kepada Sang Kosmos, lahirlah Kosmos-sentrisme.
b) Tahap Teos sentris
Sesuai azas de Omnibus dubitandum manusia yang senantiasa menginginkan pembaruan-pembaruan karena meragukan yang selama ini ini dianggap sebagi “kebenaran” menemukan bahwa disamping dirinya dan alam semesta ini seperti yang telah ditemukan pada era Kosmos-sentrisme, ada entitas lain , yang merupakan Sang Maha-kuasa (the next external super-power) . Sang Maha-kuasa ini adalah Zat lain, yang bukan manusia dan bukan alam, Sang Teos. Diberbagai belahan bumi ini lahirlah Teos-sentrisme. Dialam kerimbunan Hutan-hujan-tropis (rain-forest) dengan jutaan spesies, lahirlah keyakinan (belief) tentang penguasa alam yang berupa Dewa dan Dewi (many God and Goddes), keyakinan ini dikenal sebagai Politeisme. Dibagian bumi yang lain, di hamparan pasir Timur-tengah, realitas hanyalah hamparan pasir dan matahari yang tunggal itu. Dalam nuansa alam ini lahirlah keyakinan tentang Sang Maha-kuasa yang tunggal, Monoteisme.
c) Anthropos- sentrisme
Pergolakan pemikiran umat manusia terus bergerak , kali ini manusia mempertanyakan lagi kebenaran yang telah selama ini diterimanya. Manusia menggugat dan melancarkan revolusi ontologi yang kemudian menobatkan dirinya sebagai penguasa alam yang baru, tidak lagi diluar dirinya tetapi didalam dirinya (no longer external super-power). Pemahaman ini membuat dirinya tidak dapat “meminta” pertolongan lagi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam nengarungi hidupnya (condemened to be free). Bertolak dari keadaan inilah, umat manusia harus jungkir-balik untuk menolong dirinya sendiri. Upaya jungkir balik dan kerja keras untuk menolong dirinya inilah yang kemudian membuahkan ditemukannya ilmu dan teknologi yang mengubah dunia. Upaya ini diawali dengan perjuangan umat manusia untuk menemukan jati dirinya (kembali) pada era Renaissance yang melahirkan pemahaman tentang hidup yang sekarang ini, modo, modernus (just now). Penemuan jati-diri ini adalah pemahaman tentang Humanisme, bahwa manusia adalah individu-individu yang hebat (human) dan syarat untuk dapat menjadi hebat adalah adanya kebebasan, khususnya kebebasan berfikir (conditio sine qua non). Keyakinan ini kemudian menjadi label era Anthroposentris yang disebut era Modern, lahirlah Modernisme. Perkembangan berikutnya adalah perkembangan epistemologi (cara mencari kebenaran) dengan di padukannya 2 aliran besar pencarian kebenaran , yaitu Rasionalisme (Rene Descartes) dengan Empirisisme (Locke dkk) menjadi Positivisme (Auguste Comte). Positivisme Comtean, menguji dugaan (conjecture) hipotesis lewat uji empirik . Lolos uji empirik ini, didapatkanlah kebenaran positiv yang dapat dipakai pada aras fisik dan dalam kekinian (modernus), karena lolos uji empirik tadi. Inilah yang disebut sains, kebenaran positiv yang mengubah dunia sekarang. Sains lalu disebut kebenaran Anthroposentris-modernis-positivis. Metodanya disebut Metoda-ilmiah (scientific method), yaitu epistemologi (pencarian kebenaran) para penganut Anthroposentris-modernis-positivis. Dari ontologi dan epistemologi Anthroposentris-modernis-positivis ini, lahirlah axiologi yang menghasilkan Etika dan Estetika Modern. Estetika modern melahirkan teknologi serta karya-karya seni, arsitektur, lingkungan dan perkotaan Modern. Etika modern menghasilkan tata nilai dan tata hidup Modern , Negara Bangsa (Nation-state), Hak-hak azasi manusia (Decaration of human rights), ideologi Modern – Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme dll,
d) Logos-sentrisme
Capaian Modernisme yang telah mengubah dunia dan nasib umat manusia seperti yang kita nikmati saat ini, tidak menghentikan perenungan sang Pemikir untuk merenungkan keberadaan dirinya. Pergolakan pemikiran umat manusia terus mencari dan mencari tata atur dan tata nilai yang sesuai dengan perkembangan mutakhir. Hal ini memicu tumbuhnya pemikiran baru yang menolak klaim kebenaran tunggal Modernisme (Modernism always trying to be universal) . Ketidak-percayaan lagi terhadap dalil-dalil Modernisme (Incredulity towards meta-narrative, Lyotard). Bertolak dari telaah bahasa (Logos) yang mengandung nilai jamak-plural, incommensurable – tak dapat diperbandingkan. Dari perenungan ini lahirlah Post-modernisme yang bersifat meneruskan kehebatan Modernisme – Neo-modern, ada yang menerima kembali kejamakan termasuk nilai-nilai lama, tradisi dan vernacular, lahirlah Neo-Vernacular. Disamping itu lahir juga pemikiran yang sama sekali menolak dan membongkar tata-nilai yang selama ini telah dipercayai masyarakat, lahirlah Dekonstruksi.
[1] Lihat episteme dan doxa, Plato
[2] Anthropos= manusia, morph = bentuk, anthropomorphism = pemahaman akan sesuatu yang menyerupai manusia, ber peri-laku seperti manusia, bisa kebapakan, keibuan, berkehendak, cemburu, menghukum dll.
Naskah lengkap, KLIK DISINI
UNTUK MEMELAJARI LEBIH MENDALAM , KLIK DISINI 1
UNTUK MEMELAJARI LEBIH MENDALAM , KLIK DISINI 2
Keywords: PERGOLAKAN PEMIKIRAN UMAT MANUSIA , perenungan, Ontologi, epistemologi, axiologi
A. RUDYANTO SOESILO
Untuk para pengagum kehidupan, pemikiran, seni, musik dan arsitektur yang berkarya, belajar, mengagumi, mencintai dan ingin menyemaikan nya.
:
Dr.Ir.A.Rudyanto Soesilo MSA
Lecturer - Architect - Composer
:
:
NB: bila anda membuka blog ini, beri koment n alamat email anda agar dapat berdiskusi, Nuwun