Click here to go to blog index

 

Pengertian ergonomis di kalangan desainer dalam berbagai bidang bisa jadi masih kurang populer atau diabaikan. Bahkan kata ini seringkali berkonotasi negatif karena dipandang membatasi inovasi dan kreativitas mendesain. Dalam proses penciptaan produk-produk terapan misalnya bangunan dan perabotannya, para desainer masih lebih suka bekerja dari perspektif dirinya dibanding dari kepentingan para penggunanya. Di Belanda, dilaporkan bahwa beberapa desainer, pabrik dan dealer furnitur kursi mengeluh bahwa kreativitas mereka dibatasi dengan adanya banyak aturan detail dalam panduan pembuatan kursi kantor. Adalah NPR1813 yang mengatur secara jelas  batas penyesuaian beberapa bagian dari kursi berdasarkan variasi ukuran manusia (antropometri) di negara kincir angin tersebut. 


Kata ergonomis dipakai pertama kali oleh Wojciech Jastrzębowski tahun 1857, yang akar katanya berasal dari bahasa Yunani ergon artinya kerja dan nomos artinya aturan.  Menurut International Ergonomics Association (IEA), ergonomis atau faktor manusia dapat dimengerti sebagai disiplin ilmiah yang memfokuskan pada pemahaman tentang interaksi antara manusia dan elemen2 lainnya dalam satu sistem dan profesi. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan kinerja manusia dan sistem secara keseluruhan melalui penerapan teori, prinsip-prinsip, data dan metoda mendesain. 

 

Semakin populernya pengertian disain untuk berbagai bidang, tidak terkecuali furnitur, penerapan prinsip ergonomi juga ikut semakin berkembang di dalamnya. Salah satu pionernya yang dicatat oleh sejarah adalah sekolah arsitektur Bauhaus di Dessau, Jerman yang berdiri tahun 1932. Setelah puluhan tahun lamanya, aktivitas mendesain hanya dihubungkan dengan masalah estetika maka konsep penciptaan bangunan dan furnitur di dalamnya mulai dilengkapi dengan pengetahuan teknik tentang konstruksi. Diantaranya adalah dalam hal mendesain kursi meja sebagai bagian yang utuh dari ruang-ruang yang diciptakan. Pada masanya, ragam furnitur yang diperkenalkan dianggap cukup mencengangkan dan tampak baru sebab merupakan hasil-hasil eksperimen dengan menggunakan berbagai material. Meski banyak yang dianggap gagal dari aspek ergonomi, namun model-model kursi awal abad ke-20 ini masih digemari dan menjadi sumber inspirasi hingga hari ini.

 

Dewasa ini isu ergonomis dikembangkan terutama pada usaha peningkatan kualitas hidup di tempat kerja. Terutama masalah desain kursi dan meja kerja yang memberi andil dalam soal produktivitas dan kenyamanan saat bekerja. Perkembangan teknologi informasi di berbagai belahan dunia telah mendorong pertumbuhan populasi pekerjaan yang diselesaikan di depan komputer di ruang-ruang kantor. Misalnya di Amerika Serikat, selama abad ke-20 ini dicatat bahwa angka tenaga kerja di kantor meningkat dari 17% menjadi lebih dari 50%. Meski demikian bukan berarti fungsi ruang kelas, restauran, pabrik ataupun rumah tinggal tidak memerlukan desain furnitur yang ergonomis.

 

Layout ruang dan furnitur yang ergonomis

Mengambil contoh desain ruang kantor, pemakaian dan penempatan perabotan kerja seperti meja dan kursi memiliki keterkaitan yang erat dengan manusia yang bekerja, karakteristik ruang yang dipakai dan kinerja bangunannya (seperti penghawaan, penerangan dan akustik). Hal ini berarti bahwa untuk memenuhi fungsinya sebagai tempat bekerja yang membangkitkan produktivitas para pegawai di dalamnya, maka desain ruang dan perabotannya perlu dirancang senyaman mungkin untuk berkarya secara optimal. 

 

Bisa dibayangkan jika untuk menyelesaikan pekerjaannya, seorang pegawai harus duduk berjam-jam di depan komputer di atas kursi yang ternyata membuatnya sakit pinggang. Bisa dipastikan bahwa hasil kerjanya tidak akan optimal. Dan penyebabnya mungkin cuma satu yaitu tidak ada kesesuaian desain perabot dan postur tubuhnya. 

 

Secara tradisional, pekerjaan di depan komputer dan meja dipandang sebagai aktivitas duduk, satu aktivitas bagi tubuh manusia yang kebutuhan metabolisme dan peredaran darahnya dinilai lebih rendah dibandingkan aktivitas berdiri atau berjalan. Namun kemajuan dalam pengetahuan ergonomis telah mengubah pandangan ini sebagai aktivitas bergerak melalui pengembangan furnitur kantor yang dapat disesuaikan dengan antropometri individual dan variasi postur tubuh manusia. 

 

Dihubungkan dengan kesehatan, desain yang memperhatikan prinsip ergonomis akan dapat mereduksi beban statis pada leher, punggung dan pundak. Menurut penelitian Chaffin, dkk. (1999), hanya sedikit saja beban statis (tidak lebih dari 5% dari maksimum beban normal) pada otot dapat dengan cepat menyebabkan kelelahan otot. Oleh sebab itu, berbicara tentang desain kursi tidak sekedar berbicara soal estetika tapi juga tentang tubuh manusia yang butuh relaksasi pada saat duduk. Juga bukan hanya soal ukuran perabot di dalam ruang, tapi juga soal mekanisme tubuh (bio-mechanism) yang sedang beraktivitas.

 

Kursi yang didesain secara baik berdasarkan prinsip ergonomis tentu akan memberikan kenyamanan bagi penggunanya untuk betah duduk lebih lama. Robert Beaton, seorang profesor ergonomis dari Virginia Tech, Blackburg menyebutkan bahwa bangku (seat pan), sandaran punggung (backrest) dan sandaran lengan (armrest) merupakan tiga elemen kursi paling penting dalam menentukan kenyamanan duduk. Seat pan perlu dirancang untuk memberikan fleksibilitas dalam hal sudut kemiringan dan ketinggian dari lantai sehingga pengguna memiliki dua kemungkinan untuk memilih: duduk dengan kaki lurus atau dilipat. Yang penting adalah bahwa kaki harus menyentuh lantai. Jika tidak, maka perlu disediakan sandaran kaki sebagai tumpuan untuk menghindari kelelahan otot kaki akibat menerima beban dari bagian paha dalam waktu yang lama. Pada saat seseorang duduk dalam waktu yang lama, tubuh (torso) bagian atas akan memberi tekanan pada punggung bagian bawah yang menyebabkan sakit. Oleh sebab itu pendukung punggung bagian bawah (lumbar support) pada bagian sandaran perlu dirancang untuk mengurangi ketidaknyamanan ini. Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai sumber, sandaran punggung dengan kemiringan 90 – 110 derajat disarankan sebagai ukuran ideal bagi punggung untuk beristirahat. Ditambah sandaran atas yang mendukung kepala untuk berelaksasi tentu akan memberikan kenyamanan saat bekerja. Jika diperlukan, pada kursi juga dapat dilengkapi dengan sandaran lengan, bahkan mungkin perlu didesain bisa disetel naik-turun untuk mengakomodasi variasi panjang lengan atas. 

 

Sementara itu, meja yang dapat mengakomodasi variasi posisi duduk juga akan memberikan kenyamanan bagi penggunanya saat bekerja. Posisi postur tubuh yang buruk pada saat mengetik dengan keyboard dapat menyebabkan ketegangan syaraf dan kesemutan pada pergelangan tangan. Jika berlangsung terus menerus, hal ini juga akan mengakibatkan problem kesehatan yang serius pada bagian punggung, leher, pundak, dan mata. Oleh sebab itu tinggi permukaan bidang meja perlu dirancang dengan memperhatikan perbedaan tipe siku tangan akibat variasi panjang lengan bagian atas.  Posisi keyboard yang sesuai dengan tinggi lengan yang ditekuk dengan sudut yang tepat akan membuat tangan dalam keadaan lurus dan merasa rileks. Letak mouse yang berada dekat dengan pengguna akan memudahkan tangan dalam menjangkaunya. Ini berarti space yang cukup sesuai dengan panjang lengan bawah perlu dirancang untuk membuat gerakan tangan lebih leluasa dan terasa nyaman. 

 

Manfaat dari aplikasi ergonomis

Beberapa hasil penelitian (seperti Brauer dkk 2003; Hedge dan Sakr 2005) memberi bukti bahwa furnitur yang didesain secara ergonomis dapat meningkatkan produktivitas dan kenyamanan para penggunanya di tempat kerja. Itu berarti keuntungan ekonomis juga bisa didapat oleh konsumen dan produsennya. Bagi  perusahaan yang mempekerjakan pegawai dengan produktivitas yang meningkat maka akan berdampak pada hasil-hasil kerja yang lebih banyak jumlahnya dengan kualitas yang baik. Sedangkan untuk produsen furnitur yang dirancang dengan menerapkan prinsip ergonomis secara benar, juga akan memperoleh keuntungan yang tidak sedikit. Disebutkan dalam ERGONOMICS REVIEW bahwa kursi yang dirancang dengan prinsip ergonomi secara benar bernilai antara 300 -1200 US Dollar. Eropa Barat dan Amerika Serikat yang lebih maju dalam penerapan bidang ergonomi merupakan pasar yang potensial untuk penjualan furnitur-furnitur yang sangat memperhatikan aspek manusia tersebut.

 

Moediartianto (aant_id@yahoo.com)

Keywords: ergonomi, desain

Share :
     
MOEDIARTIANTO

About me :

anto

Lecturer on Building Sciences

Department of Architecture

 

Curriculum Vitae


Anto Moediartianto